BERLARILAH 1000 M SETIAP HARI, MAKA KAMU AKAN TERASA RINGAN BERLARI 100 M.
BERLARILAH
1000 M SETIAP HARI, MAKA KAMU AKAN TERASA RINGAN BERLARI 100 M.
Di sekolahnya, Budi selalu mendapat nilai buruk
dalam olahraga. Kata teman-temannya dia selalu berada diurutan terakhir jika di
olahraga lari jarak pendek apalagi jarak jauh. Teman-temannya selalu
mengejeknya dengan sebutan bencong karena ketika pelajaran olahraga dia selalu
mengeluh kelelahan. Padahal sebenarnya bukan itu yang dirasakan Budi, bukanlah kelelahan
yang dia rasakan tetapi dia selalu merasa selalu kalah dengan teman-temannya.
Budi sebenarnya murid yang cerdas, dia adalah
kebanggaan sekolah karena dia perwakilan
lomba fisika tingkat nasional yang membawa harum nama sekolahnya dengan
menggondol juara 2 olimpiade sience tingkat nasional.
Guru olahraganya ternyata paham dengan keadaan Budi
dengan nilai olahraganya yang selalu dibawah rata-rata. Dia tidak memarahi Budi
tapi selalu memotivasi Budi agar lebih semangat dalam berolahraga. Dia merasa
kasihan terhadap Budi yang selalu minder dalam kegiatan olahraga, Budi selalu
meninggalkan tempat olahraga lari sebagai kelemahan satu-satunya dengan pergi
membaca buku di perpustakaan sendirian.
Melihat kondisi Budi seperti itu, Guru olahraganya
berinisiatif merencanakan sesuatu dengan mendatangi orang tua Budi. Dia
menceritakan segalanya tentang permasalahan Budi di sekolah dan mengutarakan
ide sekaligus minta ijin kepada orang tua Budi untuk memberikan pelatihan
khusus kepada Budi yang tanpa sepengetahuan Budi.
Kebetulan rumah Budi satu gang dengan rumah guru
olahraganya. Sedangkan jarak antara rumah Budi dengan sekolah sejauh 1 km. Budi
selalu jalan kaki tiap kali berangkat sekolah. Budi selalu melewati gang yang
sama yang juga dilalui guru olahraganya.
Rencanapun dijalankan oleh guru olahraganya. Dia
menunggu Budi melewati gangnya saat berangkat sekolah. Melihat Budi berjalan
kaki ke sekolah melewati depan rumahnya, seekor anjing galak dilepas oleh guru
olahraganya Budi. Seketika itu Budi lari terbirit-birit dikejar Anjing yang
ngotot sekali ingin menggigit pantat Budi. Dengan berteriak sekuatnya
“TOOOOLOOOONG” Budi berlari sangat kencang bahkan seorang pembalap sepeda bisa
dia lalui. Melihat kejadian itu guru olahraganya sangat yakin bahwa Budi
sebenarnya pelari kencang yang pantas ikut olimpiade lari tingkat dunia.
“Rasakan itu Budi dikejar anjing, emang enak bokong lho di gigit anjing,
wkwkwkwkw.”, sambil cekikikan guru olahraganya
mengintip di balik pagar rumahnya.
Peristiwa dikejar anjing setiap berangkat sekolah kerap
dialami Budi sampai dia mogok sekolah. Dia pun akhirnya mengeluh kepada
Ayahnya, “Ayah, Budi pokonya minta dianter berangkat sekolah?”
“Lho kenapa? Tumben minta diantarin Ayah, biasanya
ngak mau, malu sama temannya.”
“Kali ini beda Yah, masak saya tiap hari
dikejar-kejar anjing. Capek ya. Kalau di gigit gimana?”
“Wakak wakak wakak....kamu ada – ada saja. Ayah ngak
bisa, Ayah kan harus ngantarin ibu kamu kerja juga. Masak bergoncengan bertiga,
ngak muat motornya. Ibu kamu kan badannya gede segede buldoser. Pokoknya kamu
berangkat sendiri, saya ngak mau tahu bagaimana caranya dan Ayah melarang kamu
bolos sekolah.”
“Yah, Ayah.” Ungkap Budi sambil menyesali pernyataan
Ayahnya.
Kekecewaan harus diterima olehnya. Budi terpaksa
berangkat sekolah harus rela dikejar-kejar anjing dan berlarian sejauh 1 km.
Hari ke 4 berangkat sekolah, lagi-lagi Budi dikejar anjing galak itu, Budi pun
berlari kencang meninggal anjing tersebut sejauh 100 m. Hari ke 5 berangkat
sekolah, Anjing itu mengejar lagi kali ini Budi tidak takut lagi. Dia malah
seneng dan mengajak anjing tersebut balapan lari dan ternyata anjing tersebut
kalah. Anjing tersebut kelelahan nampak dari nafasnya yang ngos-ngosan dan
lidahnya menjulur keluar kering tak berlendir. Hari ke 6 kali ini anjingnya sudah
tidak muncul lagi sehingga membuat Budi jadi kangen di kejar kejar lagi.
Saatnya sudah tiba, ujian yang sangat ditakuti Budi,
ujian praktek olahraga. Kali ini yang diujikan lari jarak pendek 100 M.
“Anak-anak, kali ini ujian terakhir maka
bersiap-siaplah kalian untuk menyiapkan diri sebaik-baiknya karena ini adalah
penentuan nilai kalian. Saya tidak ingin melihat salah satu dari kalian tidak
lulus ujian. Kalian harus lulus semua. Kalian siap?.”Dengan membawa catatan dan
peluit yang dikalungkan dilehernya,Guru olahraga Budi memberikan peringatan
pada murid-muridnya.
“Sanggup,Pak.” Jawab murid-murid SMA
“Kecuali si bencong,Pak.” Ledekan dari teman-teman
terhadap Budi.
Semua temannya hiruk menertawainya. Sedangkan Budi
terdiam menunduk malu.
“Diam semua. Kalian jangan sombong buktikan
dilapangan”.Sahut guru olahraga.
“Oke. Nama-nama yang saya panggil segera mengambil
posisinya masing-masing. Jiman, Wahat, Farhan, Adi, Jainal,Luqman,Dayat, Budi,
Antok dan Gilang.”
“Ambil posisi kalian tunggu sampai aba-aba ke tiga.”
Teman-teman Budi, cowok maupun cewek sama-sama
ngerumpi bahwa kali ini si bencong akan tetap menyandang gelar bencong seumur
hidup kalau dia tidak lolos ujian olahraga ini. Mereka ketawa-ketiwi menanti
Budi mendapat gelar bencong seumur hidup.
Aba-aba ketiga sudah keluar dengan bersamaan suara
peluit,”Priitttttttttttttt”. Semua teman Budi sudah berlari terlebih dulu
meninggalkan Budi, tinggal Budi yang bingung.
“ Aku ngak bisa menang, ini kelemahanku, aku pasti
kalah, memang bencong aku....”.Budi berperang melawan hatinya karena trauma.
Melihat Budi badannya berkeringat, kakinya seperti
terpaku tidak bergerak. Tiba-tiba ada teriakan,”Awas
Anjiiiiiiiiiing..............” terlontar dari mulut guru olahraga. Sontan
terdengar oleh Budi seperti membangunkannya dalam mimpi alam sadarnya. Budi
berlari sangat kencang hingga menyalip teman-temannya yang lebih awal dari pada
dia. Akhirnya garis finish mampu dilewati lebih dulu oleh Budi.
Semua teman Budi sontan kaget dan keheranan, “Oh My
God, kok bisa sich. Tuch si bencong finish duluan”. Kata Dewi salah satu cewek yang paling benci sama Budi.
“Ha..ha...ha...berarti Budi ngak bencong lagi dong.
Emang Budi The Rising star udah
pinter ganteng lagi”. Pujian Shinta terhadap salah satu teman Genk Dewi di
sekolah.
“Ih.....kamu shin, kok dukung dia sich, bencong
tetap bencong”. Ungkap dewi sambil kesal.
Ucapan selamatpun dari teman-teman banyak diberikan
terhadap Budi. Begitu juga guru olahraganya, Bapak Herman.
“ Selamat ya Budi. Kamu lulus ujian ini. Kamu saya
beri nilai A+”.Ungkap Pak Herman dengan bangga.
“Terima Kasih,Pak”. Jawab Budi dengan senang.
“Jangan berterima kasih kepada saya,
berterimakasihlah kepada Anjing saya,
Ciuiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt...”.Tiba-tiba Pak Herman bersiul memanggil
Anjinya keluar.
“Ohhhhhhhhhhhh.....Jadi Bapak yang selama ini
ngerjain saya.”
Budi adalah salah satu contoh yang mestinya
menyadarkan saya untuk bertindak melebihi batas kemampuan saya. Semakin saya
terbiasa berlari sejauh seribu meter akan terasa mudah jika saya berlari
seratus meter. Semakin saya menemui banyak masalah besar maka akan terasa mudah
bila saya menghadapi masalah kecil. Saya harus mencari sesuatu untuk melatih saya
bertindak diatas kemampuan seperti Budi yang menggunakan Anjing untuk memacu
dia berlari kencang.
Comments
Post a Comment